Kamis, 17 Mei 2012

Best Friend is..

Kami mulai menjauh saat Aku menyadari sesuatu yang selama ini ku abaikan. Tak butuh waktu lama untuk yang namanya menjauh. Aku sangat setuju dengan perkataan seorang bijak yang pernah kutemui, "Manusia bisa berubah hanya dengan waktu sepersekian detik". Itu kata yang takkan pernah kulupakan dalam hidupku. Mungkin telah menjadi presepsi hidupku, karena kalimat tersebut yang menjadi salah satu alasanku menjauhinya.

Temanku ini sangat baik, terlalu baik malah-jika naif bisa digantikan dengan terlalu baik. Sedari SD kami telah mengenal satu sma lain, tapi baru SMP kami menjadi sobat karib. Bagaimana bisa begitu? jawabannya sangat mudah, karena sering bareng. Bisa dibilang, temanku ini bunga sekolah. Cukup banyak yang meliriknya sejak SD, tapi Ia tetap pada pendiriannya, hanya mau pacaran dengan suaminya kelak. Satu nilai plus lagi yang membuatku senang jadi teman dekatnya. Ia juga rajin dalam beribadah dan satu yang perlu ditiru darinya, Dia akan berusaha sekeras apapun untuk mendapat apa yang ia mau. Cita-citanya. Ini pula yang menjadi salah satu alasanku menjauhinya. Bukan, bukan karna cita-citanya jadi seorang mafia atau yang lainnya.

Alasan pertamaku ialah, Aku bukan orang yang pantas untuk menjadi sobat karibnya. "Jangan punya sahabat terdekat", itu adalah inti yang kuambil dari perkataan guru agama dan guru sosiologi di sekolahku yang beliau-beliau ambil masing-masing dari hadits dan buku-kurasa. Satu ketika, guru sosiologi-ku itu pernah bertanya saat mapel, "Dari sekian teman dekatmu, pilih yang terdekat lalu katakan kira-kira berapa persen ia memengaruhi hidupmu". Pertanyaan tersebut tertuju pada sobat karibku itu. Entah kenapa bisa, mungkin Tuhan yang 'mendukung' ku. Ia menjawab 40%. Bukan angka yang sedikit-kan? Dari situ, kuat-lah keputusanku. Dan Aku mulai menjauhinya tanpa mengatakan alasan tersebut. Ia bukan orang mau menerima alasan seperti itu dariku dan jika Aku mengungkapkan alasan tersebut, Aku akan lemah.

Minggu, 13 Mei 2012

Tak Seperti Malam Sebelumnya

   Rencana itu di tunda satu hari, kecewa dan sebal menyelimuti hati gadis ini.

 Sejak malam sebelumnya (jumat), gadis ini rela mengorbankan waktu tidurnya hanya untuk mempersiapkan baju dan peralatan lain demi mabit jurnalistik itu. Jika kau melihatnya, tas yang ia bawa terlihat seperti tas seorang yang merencanakan hiking 3 hari .Pemberitahuan pembatalan itu baru ia dengar sore harinya menjelang maghrib. Akhirnya, gadis ini pulang dengan perasaan berat yang coba ia redam.

   Sabtu, 12 Mei itu datang. Dengan tas yang sama tapi, isinya telah berkurang setengah, gadis ini melewati gerbang hijau sekolahnya. Udara yang berhembus pagi itu dingin tapi menyenangkan. Gadis ini berulang kali tersenyum karnanya dan karna langit terlihat begitu biru meski awan belum tampak menghiasnya. 
    'Hari ini..', ungkap gadis itu dalam lamunannya saat ia di perpustakaan yang melewati kelasnya.
    'di sekolah,kan?', imbuhnya.
Maka ia letakkan tas laptop hitamnya di meja hijau perpustakaan. Mengambil isinya yang berwarna putih pink lalu men-charger-nya ke kelas. Sambil menunggu lampu merah di netbook-nya berubah warna, ia mengambil buku coklat dan bolpoint dengan tutup berwarna biru dari dalam tas lalu bergegas kembali ke perpustakaan. Mengarang. Itu yang saat ini menjadi kesibukan seharinya di waktu lenggang. Ia kembali membuat fanfiction (FF) setelah beberapa bulan vakum karna sibuk dan malas. 'Kesukaan'-begitu ia menyebutnya- ini muncul kembali setelah membaca ff dari salah satu teman k-popersnya. Ia terdorong karna sebuah alasan, yaitu membuat ff yang lebih bagus dan menarik dari segi bahasa maupun alur cerita.
   Telah beberapa halaman ia habiskan untuk menulis ff ber-genre fantasy, action, dan adventure ini. Gadis ini belum puas. Belum puas dengan kuantitas dan kualitas karangannya. Ia membuka selembar demi selembar, membacanya ulang. Meng-edit dan menilai tulisannya. Parah! Ia tak bisa menilainya dengan baik. Gadis ini mengingat apa yang dikatakan oleh kakak kelasnya saat ia minta untuk membaca karangan itu. Orang pertama bilang bahwa ia tak mengerti. Orang kedua bilang bahwa ia juga tak mengerti jalan ceritanya tapi, ia menyukai gaya bahasa yang dipakai gadis ini. Orang ketiga berkata bahwa, alur ceritanya terlalu cepat atau sejenisnya. Dan gadis-yang dari tadi menunggu reaksi pembacanya- ini hanya bisa tersenyum, sedikit kecewa pada dirinya.

Jumat, 11 Mei 2012

What is love?

 Sungguh, aku benar-benar bingung. Entah sejak kapan, mungkin kemarin atau kemarin kemarinnya lagi. Mungkin pula sejak aku tau orang itu di sekitarku.


   Sudah sadar kok, sejak dulu. Bahwa aku ini memang orang yang suka ke ge-er an. Tapi sikapnya kadang membuatku jengkel sendiri. Sering membuatku bertanya "Maksudnya apa..?" atau "Apaan sih.." atau pula hanya Deg..deg..deg..; bisa kau bayangkan??
  Sampai dibuat bingung dengan perasaanku sendiri, orang kejam. Suka? ('o') Hahahaha.., terus suruh ngapa? meng-iya-kan? Ogah. Seperti orang bodoh saja. Tapi, ku akui bahwa kadang 'kata' itu muncul. Dan karena aku sadar bahwa tak bisa dan aku sangat sadar bahwa ini hanya tipu muslihat setan, aku menolak mengakuinya. Catat : Me.no.lak!
  Ingat saat dimana dalam beberapa detik aku berpapasan dengannya, lalu buru-buru mengalihkan pandang, Aku benci saat itu. Karena, ada deg lagi yang kurasakan. Benar-benar sangat mengganggu.

Rabu, 01 Februari 2012

Apa yang Kuputuskan

 Mungkin ini memang sedikit egois tapi, inilah yang kuputuskan!


Hari itu tak menjadi begitu penting dalam hidupku dan disanalah untuk pertamakali diumumkan bahwa aku peringkat pertama dalam olimpiade sekolah dengan mapel ekonomi dan sosiologi. Ku pikir itu suatu keajaiban karena pun tak satu lembar yang kubaca untuk mempersiapkan olimpiade. Tapi.. entah apa tergantikan atau begaimana, perasaan peringkat satu tak mendebar keras di jantungku. Mungkin yang lebih ku risaukan adalah harus MAJU kedepan untuk penyerahan hadiah. Saat itu, entah kenapa begitu datar kata 'peringkat satu' yang kadang kuimpikan.

Harapan. Mungkin itu kuncinya. Saat mengikuti olimpiade hanya hal-hal buruk yang kupikirkan, tapi akhirnya kulawan juga pikiran-pikiran itu dan tawakal. Seringan mungkin kuikuti olimpiade. Tak boleh ada harapan kuat. Seperti saat ini. Aku memberanikan diri mengikuti English Competition sebagai story teller. Tiba-tiba saja.

Selasa, 31 Januari 2012

Just Same


“Meski sudah memalingkan mata dan menutup pikiran tapi, peperangan, perpecahan, kesalahpahaman, kepedihan di dunia ini akan terus dan terus bertambah selama ada manusia di bumi”. Itu adalah inti dari apa ynag pernah disampaikan oleh orang-orang yang kuhormati. Apa yang mereka ajarkan berbeda masing-masing tapi, yang memenuhi dalam diriku itu sama. Seperti ajaran nenek moyangku dulu. Bhineka tunggal ika, berbeda-beda tetapi tetap satu.
            Sama dengan persoalan yang sedang dialami umat ini. Sebenarnya, tujuan mereka satu dengan cara mereka masing-masing. Ingin mendapatkan tujuan itu. Kedamaian. Entah itu kedamaian di dunia ataupun di masa setelahnya. Yang jelas titik kesalahan itu ada di tengahnya.
            Misal, “ara orang ini berbeda dengan saya, tidak seperti itu tapi begini..” atau, “Bukan kau salah yang benar itu begini..” atau lagi, “Salah itu, yang benar itu seperti apa yang kulakukan..”, begitulah.  Orang-orang dulu adalah orang-orang yang jadi panutan kita untuk melanjutkan hidup yang sekarang, dengan cara yang berbeda-beda kan. Guru mereka satu tapi, inti yang mereka tangkap dan yang mereka ajarkan pada kita seperti bhineka tunggal ika.
Ini yang harusnya di perhatikan. Setiap orang hidup dengan presepsi masing-masing. Itu yang memandu kita. Presepsi itulah yang kita jaga dan kita amalkan. Dan presepsi itulah yang membedakan kita dan salahnya, malah kita menjadikannya sebagai pemecah diantara kita.
Pernahkah kalian merasakan kepedihan karena perbedaan. Pernahkah kalian begitu tersiksa karena kesalahpahaman. Zaman dimana kita akan bersatu dan menglahkan kepedihan dan perpecahan itu belum datang dan sekrang tugas kita adalah membuka gerbang itu dan melewatinya. Dan ketika kita bias memahami satu sama lain, memahami apa yang dipikirkan orang lain, dan mencoba untuk mengerti. Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa dan dengan keinginan luhur tersebut, kedamaian itu akan datang. Kedamaian yang pernah diharapkan oleh para leluhur, bias kita wujudkan.
Hanya saja, yang menjadi masalah kedua dan persoalan terbesar umat saat ini..
Kapan, kapankah zaman itu datang dan memeluk hati kita dengan hangatnya persatuan.

Selasa, 13 Desember 2011

Semangaat...!

 Terkadang dalam suatu waktu saat kau berada di dalam lingkaran keseharian, saat kau merasa tak bersemangat dan lelah, pikiranmu akan mendulang langit. Terbang ke segala arah mengikuti arus masa lampau. Kau hanya akan terikat pada pikiranmu dan cenderung tak memperhatikan sekitar. Saat itu kau merasa ada sesuatu yang salah. Sesuatu yang membuat hatimu terasa berat seperti itu.

 Aku sering merasa begitu. Saat ada teman yang merasa tidak suka padamu saat kau berbicara dengannya atau saat orangtuamu membahas suatu hal yang kau sudah lelah untuk memikirkannya. Perasaan itu datang dan membuat bibirmu terus merapat dan raut mukamu yang seperti buku 100 tahun tahun.

Ketika kau sadar tentang apa yang terjadi padamu saat itu, apa yang kau lakukan? Akan memperthankan aura negatif itu?

Aku sudah sering mengalaminya dan aku tak mau teguran yang sama terulang berkali-kali. Cape'.  Dengan pikiran seperti itu, I found the way. Ku raih netbook lalu ku ketik apapun yang terlintas dalam pikiranku. Tak perlu memikirkan kata-kata bagus,untuk sebuah ungkapan. Hanya tuliskan dengan sejujur-jujurnya dan sebebas-bebasnya. Lalu cobalah untuk berbincang dengan temanmu, dan fuwalla! Rasa sesak itu akan hilang dan aura-aura positifmu mengalir kembali.

Ini mudah dan susah. Aku tahu. Cobalah untuk sering tersenyum sekarang. Dan ini, senyumku untukmu..  =)

Senin, 05 Desember 2011

Aku melihatmu..

Lukisan tinggi itu selalu indah. Terlebih siang ini. Meski hanya biru dan putih bergelombang, tak jenuh dua bola mata coklat ini memantulkan indahnya. Lewat dimensi jagad raya yang berbanding lurus ini, aku melihatmu. Duduk santun dengan meja kecil di depan dan lembaran kertas entah apa isinya di bilah depan. Kau tak tampak begitu memperhatikan kertas-kertas itu. Wajahmu tertoleh pada kawan yang bercanda di sebelah kirimu. Kau ikut tersenyum. Tak jelas apa yang kupikirkan ketika melihat senyummu itu, tapi sedikit terpintas olehku bahwa ini salah. Sungguh tak benar! Bahkan mungkin ini lancang.

 Siapa diriku ini? Tak pantas Aku merasakan sesuatu seperti ini. Dunia kita berbeda. Kau berjalan penuh ria di kutub positif , sedangkan aku memeluk lutut di kutub sebaliknya. Pikiran-pikiran itu berdatangan bak kereta shinkansen. Berjejal berhimpit dengan kereta-kereta lain yang ingin berhenti di stasiun otakku.

 Kini Aku kembali berpikir. Lewat dimensi jagad raya yang berbanding lurus ini, Aku sadar. Perasaan ini tak mungkin sungguh adanya karena, yang ku lihat bukanlah dirimu sesungguhnya. Tapi cerminan pikiranku tetang bagaimana Kau seharusnya. Memang aku tak boleh menilai, terlebih hanya dari bingkai kaca yang tergantung di wajahku.

 Apa-apa yang terlihat dari balik kacamata adalah palsu sesungguhnya. Bingkai kaca itu hanya membuatmu melihat yang kau ingin melihatnya. Itu hanya membuatmu melihat yang baik-baik saja. Tak peduli dengan buram yang terlihat jika melepas kacamata itu. Sama dengan rasa ku ini. Yang ku kagumi hanya karakter luarmu saja. Aku telah terpaku pada pesona luar dirimu. Tak pantas aku menganggap rasa ini nyata. Tak layak, jika selama ini Aku berdialog dengan hatiku bahwa.., Aku menyukaimu.


Saat Kau memergokiku sedang melihatmu. Kepalamu tertunduk, sedetik dengan ku yang
ikut menundukkan kepala. Terus kupacu langkahku dengan sesantai mungkin. Melewatimu yang hanya beberapa langkah jaraknya di sampingku, Aku menghela nafas sambil tersenyum. Bukan, bukan gerogi. Hanya lega karena Aku telah sadar secepatnya, sebelum terlambat aku mengartikan rasa ini. Aku akan kuat denganmu. Menetralisir rasa ini saat aku melihatmu..